Proses Menulis
Proses menulis
yang baik :
a.
Luruskan niat
b.
Subyek familiar
c.
Referensi dan visual
d.
Konsisten
WHY
Menulis harus diawali dengan satu pertanyaan besar, a big question, WHY?Kelihatannya filosofis tapi ini penting sekali.Ini tentang the power of intention.Kalau bahasa Islamnya ‘Nawaitu‘. Kalau kita menulis sebaiknya kita bertanya dulu ke dalam, “kenapa kita menulis?“ nggak ada yang tahu jawabannya selain kita & yang di atas. Selain bertanya jawabannya juga harus ketemu supaya power menulisnya gede. Why besar itu adalah menjadi energi kita, menjadi pendorong. Staminanya ada disitu. Stamina menulis, WHY nya A fuadi: “Khoirunnas anfa uhum linnas“. Saya sudah bermanfaat tapi belum berbagi. Salah satu cara berbagi adalah dengan cara menulis. Modal menulis adalah: Kertas, bolpen dan HATI.
Menulis harus diawali dengan satu pertanyaan besar, a big question, WHY?Kelihatannya filosofis tapi ini penting sekali.Ini tentang the power of intention.Kalau bahasa Islamnya ‘Nawaitu‘. Kalau kita menulis sebaiknya kita bertanya dulu ke dalam, “kenapa kita menulis?“ nggak ada yang tahu jawabannya selain kita & yang di atas. Selain bertanya jawabannya juga harus ketemu supaya power menulisnya gede. Why besar itu adalah menjadi energi kita, menjadi pendorong. Staminanya ada disitu. Stamina menulis, WHY nya A fuadi: “Khoirunnas anfa uhum linnas“. Saya sudah bermanfaat tapi belum berbagi. Salah satu cara berbagi adalah dengan cara menulis. Modal menulis adalah: Kertas, bolpen dan HATI.
WHAT
Apa yang harus saya tulis? Tulislah apa yg paling dekat dgn hati, yg paling kita peduli, yg paling kita suka, yg paling kita care. Tujuannya biar nggak bosen. Cara tahu apa yg kita peduli: tanya ke teman “Selama ini saya suka ngobrolin tentang apa sih?“ Tuliskan itu dan kita biasanya paling enjoy banget. Ada proses penemuan diri waktu di Gontor, dituliskan dalam bentuk novel. Senang sekali, semangat dan tidak ada beban.
Apa yang harus saya tulis? Tulislah apa yg paling dekat dgn hati, yg paling kita peduli, yg paling kita suka, yg paling kita care. Tujuannya biar nggak bosen. Cara tahu apa yg kita peduli: tanya ke teman “Selama ini saya suka ngobrolin tentang apa sih?“ Tuliskan itu dan kita biasanya paling enjoy banget. Ada proses penemuan diri waktu di Gontor, dituliskan dalam bentuk novel. Senang sekali, semangat dan tidak ada beban.
HOW
A fuadi tidak tahu cara menulis novel. Baca novel aja jarang.Tetapi dia menulis berita karena seorang wartawan. Karena tidak tahu caranya, maka belajar.Ada orang yg berbakat menulis novel dalam artian tidak perlu belajar.“Saya tidak berbakat menulis novel tapi saya berbakat belajar“
A fuadi tidak tahu cara menulis novel. Baca novel aja jarang.Tetapi dia menulis berita karena seorang wartawan. Karena tidak tahu caranya, maka belajar.Ada orang yg berbakat menulis novel dalam artian tidak perlu belajar.“Saya tidak berbakat menulis novel tapi saya berbakat belajar“
Istrinya membelikan buku”How to
write a novel”.
Yang kedua adalah RISET. Menulis
novel itu risetnya luar biasa. Risetnya bisa apa saja. Salah satunya adalah:
Pulang kampung ke Padang, bongkar2 lemari nyari2 tulisan yang dulu pernah
ditulis (bongkar2 diary). Surat surat yg ditulis waktu di Gontor, Wawancara ke
ibunya, apa yang dulu terjadi. Riset lain: Riset Visual. Mencari foto2 lama,
waktu di Gontor. Waktu lihat foto langsung ingat suasana waktu di Gontor. Riset
buku lama (buku tulis waktu di gontor) Membaca sebanyak mungkin buku: buku2 yg
menceritakan kehidupan asrama, thesaurus, Kamus Bahasa Indonesia.
WHEN
Kapan menulisnya? Menulislah sekarang. Sehari menulis 1 halaman, 1 tahun 365 halaman.Paling tidak punya bahan untuk diedit & direvisi.Sedikit-sedikit lama2 menjadi buku. Menulis itu adalah masalah waktu & keinginan dan bertarung dengan kemalasan.
Kapan menulisnya? Menulislah sekarang. Sehari menulis 1 halaman, 1 tahun 365 halaman.Paling tidak punya bahan untuk diedit & direvisi.Sedikit-sedikit lama2 menjadi buku. Menulis itu adalah masalah waktu & keinginan dan bertarung dengan kemalasan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar